Akhir-akhir ini Jogja panass sekali seakan matahari berada di atas genteng. Panas ngethang-thang yang membuat saya males keluar ini akhirnya takluk juga, bukan karena panasnya yang berkurang tapi tekad saya untuk keluar itulah penyebabnya. Keluar rumah dengan motor yang bensinnya sudah kedip-kedip membuat saya memilih kantor pos yang berada di Jalan Parangtritis sebagai tempat berlabuh. Tak membutuhkan waktu yang lama saya sudah berada di depan kantor pos kecil itu. Setelah say hello dengan petugasnya saya utarakan maksud saya datang kemari, ternyata kantornya sudah tutup sehingga saya tidak mendapatkan informasi yang saya inginkan di sana. "Besok ke sini lagi mbak, antara jam 09.00-11.30" jelas bapak yang berada di depan saya. "Baik pak, besok saya ke sini lagi. Terimakasih." Jawab saya sok calm padahal bener-bener pengen koprol. Datang ke kantor pos itu lagi jam segitu adalah hil mustahal bagi saya.
Setelah mengambil motor sambil berpikir, akhirnya saya putuskan untuk
menuju ke kantor pos besar yang berada di kawasan 0km. Setelah
memandangi speedometer beberapa detik akhirnya saya putuskan untuk tetap
ke kantor pos besar. Saat mau membelok ke pom bensin ternyata antrinya
panjang amat, dengan bismillah saya lanjutkan perjalanan di siang bolong
itu tentu sambil harap-harap cemas. Saat melintasi Jalan Parangtritis
sekitar Prawirotaman, mata saya rasanya pengen memandangi motor yang
berada di depan saya. Sebuah motor berwarna hitam bermerk Re*o yang
entah karena apa saya tertarik untuk memandangi motor itu. Hmm atau
mungkin karena saya berhasil nyebrang di perempatan kecil nan padat
bersama motor tersebut tadi.
Setelah melaju beberapa meter, tiba-tiba saya kaget saat melihat tulisan kecil "Demi Indonesia" di bagian belakang sepatu yang dikenakan oleh pengendara revo tadi. Astagaa, ternyata itu sepatu DI 19 yang persis kaya punya saya.Siapakah dia? Nggak taulah saya, yang jelas kode nopolnya Z dengan sticker bertuliskan "GOVERNMENT" dan juga terdapat lambang UGM. Ah, masa bodohlah siapa dia, yang jelas gue suka gaya loo bro! haha
Setelah memandangi beberapa detik *sempet mo nabrak becak yang lagi sandar:p* . Langsung saya tancap gas agar bisa berada di sebelah mas misterius tadi. Peuh, dengan keringat yang mengucur deras karena hampir aja ketilep bapak-bapak yang bawa bambu panjang akhirnya saya bisa berada tepat di sebelahnya. Nggak mau menyia-nyiakan kesempatan, saya dengan pedenya langsung ngomong, "Mas, sepatunya keren!" Saya menengok sebentar dan melihat senyum manis mas misterius itu sebelum akhirnya saya tancep gas karena di depan sana traffic lightnya menyala hijau. Akhirnya, kami berpisah di perempatan Pojok Beteng Wetan. Mas misteriusnya belok kanan, saya lurus.
***
Perjalanan selanjutnya saya lalui dengan penuh kegemasan. Sejak kemarin
saya merasa pengendara motor di Jogja semakin brutal ajee. Main tikung
kanan-kiri. Untung aja bisa mengendalikan, kalau nggak bisa
mengendalikan, udah pasti nyungsep atau ngglangsar tadi. Saya sempat
berhenti di traffic light Gondomanan, menurut saya Gondomanan itu adalah
perempatan paling besar *dalam artian serem* di Jogja. Polisi pada
nangkring di pos sebelah kiri setiap hari dan di sana sudah termasuk
kawasan tertib lalu lintas gitu. Ah tapi nyatanya ga tertib. Saya yang
seharusnya belok kiri jalan terus harus ikut menikmati lampu merah
karena terhalang oleh pengendara motor yang ngeyup di bagian kiri.
Saya mencoba untuk nahan ngomyeng, menggantinya dengan istighfar dalam
hati. Karena kalau dituruti ngomyeng terus, bisa-bisa setiap kali
mengendarai motor pasti ngomyeng, dan betapa banyak dosa saya jika harus
ngomyeng setiap hari *abaikan*. Begitu lampu menyala hijau, saya ambil
kiri dengan hati-hati dan teliti sambil ngecheck lampu depan. *takut
kalau ada polisi yang nilang* Setelah merasa aman, saya lanjutkan
perjalanan dengan kecepatan hanya 35km/jam, pelan bukan? Yaa, untung
saja saya mengendarai pelan, padahal jalanan depan Taman Pintar itu
benar-benar lengang, biasanya sih saya memanfaatkan moment untuk melaju
kencang, tapi kali ini tidak kepikiran seperti itu.
Di depan saya ada mobil menyebrang, saya rem perlahan-lahan dan akhirnya
mobil tadi menyebrang dengan aman dan nyaman. Baru berjalan sekitar 10
meteran, tiba-tiba ada ibu-ibu mengendarai sepeda yang menyebrang asal
jebreet saja, tanpa melihat kanan-kiri. Spontan saya tarik rem depan dan
ibu tadi juga tampak kaget. Kesal? Iya sebenarnya, saya langsung lemes
kalau berhubungan dengan hampir nabrak-menabrak, mood juga jadi
berantakan. Tapi akhirnya saya batalkan kekesalan tadi sambil berdoa
semoga tidak ada lagi orang seperti ibu tadi yang menyeberang
sembarangan lagi.
Dan akhirnya sampailah saya di kantor pos besar. Begitu masuk ke dalam bangunan kuno tersebut, saya langsung tanya ke security. Walaupun jawaban dari security tidak menyelesaikan permasalahan saya, tapi setidaknya ada kabar baik yaitu customer service tutup pukul 14.00 siang. Setelah berterima kasih saya lalu keluar. Sempat saya 'mbatin' kalau cuma parkir bentar apa ya harus mbayar, setelah sampai di motor saya keluarkan dompet dan mengambil satu lembar sepuluh ribuan. Sambil memandangi dompet yang mirip 'brambang' ~ nek dibuka marakke mbrebes mili, dari situ saya paham ternyata uang saya minggu ini tinggal 2 lembar sepuluh ribuan. Alhamdulillah ._.
Nah saat saya sudah mengikhlaskan uang selembar sepuluh ribuan itu berpindah tangan, tiba-tiba petugas parkir menyapa, "Lho kok sebentar sekali mbak? Nggak jadi po?" Saya menjawab dengan separuh sadar, "Engg.. Nggak jadi Pak." Lalu petugas parkir berkata sambil menyodorkan uang milik saya tadi, "Yasudah ini di simpan saja mbak." Aduhaai baik sekali bapak ini, pada saat posisi genting keramat seperti ini uang selembar sepuluhribuan menjadi sangatsangatsangat berharga.
Setelah itu saya menuju ke rumah. Berharap menemukan pom bensin untuk menyegarkan kuda besi
ini. Tapi sesampainya di dekat rumah belum juga menemukan pom bensin *emang nggak nglewatin pom kelees._.* . Alhamdulillah dobel-dobel untuk hari ini, alhamdulillah bertemu dengan mas misterius, alhamdulillah untuk di kantor pos, alhamdulillah selamat sampai rumah, alhamdulillah bensin masih kuat sampai rumah, dan alhamdulillah lainnya. Sekian cerita saya ini, sekedar untuk memperbaiki mood dan menumpahkan uneg-uneg hari ini saja. Salaam rock and calm!:3
Yogyakarta, 7 Maret 2014
Aina Ulfah,
Sekeping syukur yang tertinggal