Sabtu, 14 Desember 2013

Jakarta #1

"Perjalanan ini bukanlah kali pertamanya, tapi perjalanan kali ini justru yang paling memberikan banyak pengalaman dan membahagiakan"



25 Oktober 2013 saya beserta 5 orang saudara dan juga ibu saya rencananya akan berangkat menuju Jakarta. Perjalanan ini sudah direncanakan oleh keluarga saya sejak dulu. Tujuan kami pergi ke Jakarta adalah menghadiri pernikahan sepupu saya. Perjalanan Jogja-Jakarta kami tempuh dengan kereta api, tiket sudah kami kantongi sejak 2 minggu sebelum tanggal keberangkatan. Walaupun sudah direncanakan sejak dulu, tapi kenyataannya untuk membahas masalah transportasi saja sampai mbulet, mungkin karena faktor banyak orang = banyak pemikiran jadinya malah nggak segera menemukan jalan keluar. Rencana awal kami akan berangkat menggunakan mobil sendiri, tapi ujung-ujungnya naik kereta juga. 

Hari-hari setelah mendapat tiket, kami mulai bingung mempersiapkan segala sesuatunya. Kalau orang tua pada bingung masalah yang sedikit kompleks, kalau kami masalah jadwal kerja, kampus, juga jadwal sekolah. 2 kakak saya sudah dapat jalan mulus, lain halnya dengan saya yang sedikit menemui jalan terjal. Ternyata pada 26 Oktober 2013 di sekolah saya ada ODT, ODT (Orientasi Dasar Tegak) adalah pelantikan kenaikan pangkat dalam pramuka secara simbolis. Garis besar acaranya adalah berjalan beberapa kilometer dari sekolah-tempat yang ditentukan pulang-pergi. Karena tiket yang saya pegang berangkat tgl 25 dan pulang tgl 28, maka mustahil jika saya dapat mengikuti ODT.
Dengan terpaksa saya tidak mengikuti ODT, izinnya harus berlipat-lipat, sebenarnya pihak sekolah memperlancar izin saya, tapi malah DA yang sedikit rewel. Hehe Setelah meyakinkan DA kalau saya pergi karena memang keperluan keluarga dan bukan karena tidak mendapat izin atau menghindari ODT, maka kakak DA dengan ikhlas memberikan izin kepada saya. Alhamdulillah

Sejak beberapa hari sebelum berangkat keluarga kami memang terlihat 'sok' sibuk. Ada yang masih mengurus tiket ada yang mengurus keperluan yang dibawa ke sana. Yang tak kalah ribet adalah bapak saya, awalnya bapak tidak akan ikut ke Jakarta karena ada acara, ternyata malah nggak jadi ikut acara tsb dan akhirnya berniat ikut, masalahnya bapak nggak ikut beli tiket bareng. Jadilah keluarga kecil saya ribut nyari tiket buat bapak. Pulang ngampus, kakak saya bak pahlawan kesiangan datang membawa kabar kalau di tempat temannya tiket untuk 25 Okt sore masih ada. Langsunglah bapak mengiyakan menyuruh segera membelinya. Dan keribetan masalah tiket hari itu dianggap usai. 

Setelah beberapa persiapan secara umum telah terpenuhi, saya sekeluarga merasa sedikit tenang, tapi hanya sedikit. Sore itu 24 Oktober saya pulang sekolah saat maghrib berkumandang. Saat sampai di rumah kebetulan kakak saya juga baru saja pulang dari kampus, tapi tak seperti biasa, begitu memarkir motor dia langsung terkulai lemas tak berdaya duduk di depan pintu. Duh kasian banget haha. Saya sih nggak nangkap ada apa dibalik semua itu, tapi setelah ibu saya menghampiri dan mulailah kakak saya bercerita. Ternyata bapak berangkatnya 25 Okt pagi bukan sore. Weits, padahal bapak saya baru saja pulang ke Kulonprogo. Saat itu juga ibu saya terlihat sedikit kesal kepada kakak saya, kakak saya menyadari keteledorannya dan hanya mendengarkan setiap perkataan ibu saya.

Saat itu juga ibu langsung mengabari bapak, begitu bapak sampai di Kulonprogo tidak sampai satu jam, bapak langsung pulang ke rumah Krapyak. Mungkin bapak saya lelah ~ tapi bagaimana juga, kalau pulang pagi ya lebih kasian. Usai maghrib kakak saya pamit mau ke kampus lagi, sampai-sampai disuruh makan dulu pun dia nggak mau, mungkin karena nggak mood ya hehe. Usut punya usut, dia pulang ke rumah gara-gara mau menyampaikan kabar itu. 

Malamnya, saya mengantar ibu mengambil kebaya di penjahit yang kebetulan juga teman ibu saya. Sesuai rencana di rumah, mengambil kebaya tidak perlu lama-lama karena kami belum mengemasi pakaian-pakaian, tapi kenyataannya meleset, di sana kami hampir satu jam. Sial lagi, begitu setengah perjalanan menuju rumah, jaket ibu saya ketinggal di tempat penjait itu. Ngoook banget. Mau saya ajak balik tapi ibu saya nggak mau. Oke kami lalu melanjutkan perjalanan ke rumah. Sampai di rumah saya di suruh mengeluarkan baju yang akan saya bawa, tapi rasanya saya males banget. Belum sampai 30% mengeluarkan baju, saya sudah ngantuk lalu tidur. 

Pagi, 25 Oktober 2013 terasa sangat kacau. Jam 6 pagi bapak sudah bersiap berangkat ke stasiun diantar kakak saya. Begitu juga saya sibuk bersiap pergi ke sekolah. Saking ributnya, saya sampai lupa membawa surat izin untuk beberapa hari ke depan. Alangkah teledornya saya ~ Jumat tanggal itu sengaja saya izin mentoring, lalu pulang. Tujuan izin mentoring biar cepet sampai di rumah karena saya belum packing, eh karena nunggu bus lama, akhirnya saya sampai rumah pukul 13.45, hampir satu jam saya menunggu bus yang lewat. aaarrgh. 

Sampai di rumah saya ambil motor lalu tancap gas ke rumah teman saya yang berada di selatan PG Madukismo, saya narget berangkat-balik selama 15 menit. Alhamdulillah kurang dari 15 menit saya sudah sampai rumah, ngebut tapi hati-hati. Hehe. Begitu sampai rumah saya langsung persiapan, eh masih gitu ternyata packing-packing dimulai pukul 14.30 dan selesai pukul 16.00. Saya sempat WA-an dengan saudara yg berangkat bareng, ternyata dia udah packing tadi malam. Memang deh ~ keluarga saya kalau belum kepepet belum ada gregetnya. Hehe. 

Jam 16.00 saya mandi dan selesai persiapan jam 17.00, setelah mengeluarkan barang-barang yang akan dibawa, saya menunggu jemputan dari pakdhe saya. Karena menjemput budhe dan saudara saya, maka saya harus menunggu beberapa menit dulu. Dan akhirnya pukul 17.30 kami berangkat bersama menuju stasiun tugu. Sumpah deh, udah kaya mau pindahan rumah aja, 6 orang barang bawaannya buanyak. Bagasi mobil sampe ga cukup :v

Sampe di stasiun, kami langsung masuk ke ruang tunggu. Deuuh, perjalanan sampai ruang tunggu kalau di St.Tugu emang luar binasa banget. Tapi akhirnya sampai juga kami di ruang tunggu dengan perjuangan mirip kaya orang mau mudik lebaran:p Sampai di dalam, adzan berkumandang dan kami bergantian untuk shalat di musholla stasiun. Setelah itu kami menunggu kereta datang. Karena seharian bapak saya tidak memberikan kabar, saya mencoba ngirim SMS karena saudara-saudara saya pada menanyakan. Parahnya blaaas nggak di balas. Baiklah saya setia menunggu ~

Kereta yang kami tumpangi adalah Senja Utama Yogya yang nantinya turun di Pasar Senen. Tujaun naek SUY karena turun di Senen dan kebetulan waktunya pas dengan keinginan kami. Kereta datang dan kami dipersilakan naik. Kami dapat gerbong 1 dan dapat duduk berdua-duaan karena jumlah kami genap. Saya duduk di samping kakak saya. Setelah beberapa lama menunggu di dalam kereta, akhirnya perjalanan di mulai. 

Dalam perjalanan, yang dapat terlihat dari balik kaca jendela hanyalah kegelapan yang sebentar-sebentar diselingi oleh kerlipan lampu yang terlihat seperti bintang-bintang. Udara dingin perlahan-lahan menghinggapi tubuh saya, tapi saya tidak mengenakan jaket karena untuk penyesuaian dengan keadaan. Tapi karena belum sempat saya pakai, jaket itu sudah disambar ibu saya yang memang tidak membawa jaket. Jadilah semalaman saya mengigil kedinginan karena ngga pake jaket. Selama perjalanan, orang di belakang saya berisiiik banget, mereka dua orang laki-laki yang semalaman ngobrool keras banget. Dan kalaupun nggak ngobrol, pasti mereka tidur ngorok. Duhmas ~ Yah anggap aja itu bunga perjalanan. Haha

Selama perjalanan, kereta berhenti di beberapa stasiun sekedar untuk menurunkan penumpang dan itu berlangsung tidak lama. Hampir beberapa jam perjalanan kami lalui, perlahan-lahan suara manusia menjadi senyap. Yang ada hanya suara khas mesin kereta yang memecah keheingan malam. Saya benar-benar bisa tidur pukul 00-01, sisanya saya gunakan untuk menikmati perjalanan. Malam itu saya sempat mengantar kakak ke kamar mandi, saya berdecak kagum ketika melihat kedaan kamar mandi kereta yang bersih dan tidak kumuh. Dulu, Senja Utama itu kamar mandinya kotor dan pesing, tapi kini benar-benar berubah. Alhamdulillah. 

Tidak terasa, pukul 03.30 saya sudah sampai di Bekasi dan tidak lama lagi akan sampai di Pasar Senen. Pagi itu suasana tidak lagi sepi, orang-orang sudah terbangun dari tidurnya. Ada yang sibuk mempersiapkan bawaannya karena memang sudah akan sampai. Begitu kereta mulai menurunkan kecepatannya, kami menurunkan barang bawaan dan mengemasi makanan serta apa yang ada di luar tas. Kurang lebih pukul 04.00 kami sampai di Senen. Pagi itu bapak saya baru membalas SMS. Halaaah ~ telat banget.

Begitu kereta berhenti kami lalu turun, berbagi peran membawa bawaan yang banyak itu, lalu menyusuri jalan keluar dan duduk di ruang tunggu sejenak untuk melepas lelah. Karena sudah subuh, kami bergantian sholat di musholla. Ternyata musholla di St.Tugu jauh lebih bersih daripada musholla di Senen. Selesai sholat kami duduk-duduk di ruang tunggu sambil menunggu jemputan. Suasana di Senen pagi itu riuh sekali, saat duduk di bangku ruang tunggu, ibu dan budhe saya sempat ngobrol dengan seseorang yang ternyata itu sama-sama orang Krapyak, saya nggak tau namanya karena memang dia jarang ada di Krapyak. Halaaa ~Dunia serasa sempit deh, kemana-mana kok ketemu orang yang dikenal.


Pukul 05.00 akhirnya bapak dan saudara saya, Mas Abam sampai di Senen. Lalu kami langsung menuju mobil dan melakukan perjalanan lagi menuju Cilandak. Dalam perjalanan menuju rumah, kami kontak-kontakan dengan yang masih di Jogja menanyakan kabar keberangkatan mereka. Keberagkatan selanjutnya adalah pakdhe saya Sabtu pagi berangkat via udara, Sabtu sore Pakdhe Is dan rombongan naik kereta, dan Sabtu sore juga kakak sepupu saya berangkat bawa mobil. Bakalan rame nihJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar