Senin, 07 Mei 2018

Nganu

Foto Aina Ulfa.

"Pripun saene?"
"Pun mbotensah direken. Mbotensah melu komentar. Ditahan mawon. Pokoke kudu saged nahan ben mbotensah melu komentar. Dipadosi asal perkarane riyen sakderenge melu komentar"

***

Babagan nahan ki nggemeske. Rasane pengen banget tur jebul kudu ditahan. Abot tenan mesti kuiiii. Gemes raaaa. Hooh gemes banget lah.

Pengen ngrasani koncone, eh kudu nahan. 
Pengen nyacati koncone, eh kudu nahan.
Pengen ngene, eh kudu nahan.
Pengen ngono, yo kudu ditahan.
Padahal tiap ndelok koncone obah hawane gur pengen komentaaaar wae, ra ndelok cengel e dewe, nek dikomentari uwong gur arep nesu sebab risi.

Babagan elek ki pancen kudu ditahan, soale nek ra ditahan sok gur marai memolo. 
Pancen kudu menguatkan dan membiasakan diri untuk bisa menahan, utamanya menahan diri ketika akan melakukan keburukan yang berujung pada menyakiti perasaan.

Nahan ki abot. 
Opomeneh nek kepengen banget. Jal pie perasaanmu nek misal lagi pengen melakukan sesuatu tapi kudu ditahan, mesti aaah rasane rakaruan kae. 
Nah tapi pie-pie ki kudu iso nahan, nek raiso nahan ujung-ujunge malah dadi .................. dadi doso.

Senajan urung iso dadi uwong sek apik, resik, lan bermanfaat banget, tapi sak ora-orane ki kudu iso nahan, yokui mau, nahan ben ra nglarani perasaan wong liyo.

Bingung pora? Hooh.
Haiyo cen sengojo digawe bingung. Huf

Sabtu, 05 Mei 2018

Flashback

Foto Aina Ulfa.

Suatu hari ada seseorang menghampiri saya dan bertanya, "apa yang sedang Anda lakukan?"

Saya jawab, "menunggu."
Lalu orang itu pergi. Baru beberapa langkah, ia putar badan dan bertanya lagi, "Menunggu dalam konteks apa? Menunggu siapa?"

"Pengen tau banget apa pengen tau aja?" jawab saya sambil berlalu meninggalkannya yang masih dalam keadaan berdiri dengan wajah penasaran.

***

Dalam hidup, terkadang hadir orang-orang yang datang dan kelihatan peduli, bertanya ini itu tentang keadaan yang kita alami bahkan tak jarang hingga detail sekali, bukan maksud peduli tetapi rasa ingin tahunya sangat tinggi. Entah hanya kepo atau sekedar mencari bahan obrolan dengan kawan lain. 
Cuma terkadang. Ada. Tidak semua. Bisa jadi hanya satu orang saja yang macam begini.

Ya, tidak semua, tapi ada. Setuju boleh, tidak setuju lebih boleh. Santai, jangan dorong-dorongan. Masih luas ini tempatnya 😋

Rabu, 02 Mei 2018

Refleksi Harlah NU 2018


SELAMAT HARI LAHIR KE-93 NAHDLATUL ULAMA, 31 JANUARI 1926-2018

***

"Satu kaum apabila hati-hati mereka berselisih dan hawa nafsu mereka mempermainkan mereka, maka mereka tidak akan melihat sesuatu tempat pun bagi kemaslahatan bersama. Mereka bukanlah bangsa bersatu, tapi hanya individu-individu yang berkumpul dalam arti jasmani belaka. Hati dan keinginan-keinginan bereka saling berselisih. Engkau mengira mereka menjadi satu, padahal hati mereka berbeda-beda.

Mereka telah menjadi seperti kata orang: 'Kambing-kambing yang berpencaran di padang terbuka. Berbagai binatang buas telah mengepungnya. Kalau sementara mereka tetap selamat, mungkin karena binatang buas belum sampai kepada mereka (dan pasti suatu saat akan sampai kepada mereka) atau karena saling berebut, telah menyebabkan binatang-binatang buas itu saling berkelahi sendiri antara mereka. Lalu sebagian mengalahkan yang lain. Dan yang menangpun akan menjadi perampas dan yang kalah menjadi pencuri. Si kambingpun jatuh antara si perampas dan si pencuri'.

Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman. Bahkan pangkal kehancuran dan kemacetan, sumber keruntuhan dan kebinasaan, dan penyebab kehinaan dan kenistaan. Betapa banyak keluarga-keluarga besar semula hidup dalam keadaan makmur, rumah-rumah penuh dengan penghuni, sampai suatu ketika kalajengking perpecahan merayapi mereka, bisanya menjalar meracuni hati mereka dan syaitanpun melakukan perannya, mereka kucar-kacir tak keruan. Dan rumah-rumah mereka runtuh berantakan."

- Kutipan Pidato Hadratusy Syaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari, dalam Muqaddimah Qanun Asasi, pada 31 Januari 1926, di Surabaya. Diterjemahkan oleh K.H.A. Musthofa Bisri Rembang.

Senin, 30 April 2018

Teman Tapi Nganu


Berkenalan dan dekat dengan orang ini karena sebuah insiden kecelakaan waktu itu (kata dia). Sakit tapi tidak berdarah katanya.

Ubyang-ubyung ngalor ngidul bareng. Metu bengi otw adoh, bali bengi bali esuk bali tengah esuk dengan berbagai pengalaman yang kadang melelahkan tapi membahagiakan. Turu sak nggon-nggon. Tim asah-asah kungkum kolah, tim wedi ngelih. Angger tak curhati mesti malah emosi. Sek paling sering ngrasakke keunikan dan keanehanku. Wah macam-macam pokoknya. Dia sangat sabar menghadapi semua ini.

Sudah hampir 3 minggu maraton bersamanya. Kesel loro ngguyu lucu seneng susah muring tegang sibuk selow wes kelakon neng 3 minggu iki. Bosan sih tapi tetap membahagiakan. Sok rupane nganti rakalap tapi tetap siap mbalap. Idolaquue memang. Jarene mumpung rung nduwe bojo, sibuk rapopo. Ngger positif. Hahahaha

Caption sesungguhnya :
Nunut foto di photobooth lomba daiyah dan padus dalam rangka Harlah Fatayat di PCNU Bantul setelah trabas hujan menghadiri acara doa bersama di PAC IPNU IPPNU Kasihan. Dah gitu aja.

Minggu, 29 April 2018

Berburu Pengalaman


Kamis sore kemarin alhamdulillah berkesempatan sowan di Ndalem Widyartan.

Saya sangat senang sowan-sowan, kenapa? Alasannya simpel, saya senang banget mendengarkan orang bercerita banyak hal dan berbagi pengalaman. Dari situ pasti banyak hal yang tak terduga dan tentunya bermanfaat yang saya dapatkan.

Sudah lama memang ingin sowan tapi memang belum berjodoh mungkin, jadi belum terlaksana. Nah pada Kamis kemarin saya dihubungi Mas Gemuh, kawan saya yang sudah lama hilang dari peredaran (hampir dua tahun nggak ketemu, hampir setahun nggak kontakan). Bilangnya sih mau diajak jalan-jalan, eh ternyata beneran, diajak jalan-jalan ke Gumuk Indah hwehwehwe.

Nah sore itu kami sowan ke Juragan e Jogja. Pak Erwan Widyarto. Beliau ini ya jurnalis, ya pengusaha, ya trainer, ya seorang suami, ya bapak dari 3 anak, ya dulu wartawan di Jawa Pos, ya juragan, ya aktivis lingkungan, ya kabeh-kabeh lah. Kondiang pokokmen. Hehehe _ngapunten nggeh Pak menawi wonten ingkang mboten leres_

Dengan segala hal keren pada diri beliau, (sssssst) kami sering menyebut beliau manusia multitalenta, lebei sitik yoben, tur tep ngefensss.

Kalau ditanya, siapa sih yang nggak kenal dengan beliau dengan segala kekerenannya? Jelas saya akan menjawab, yaa orang-orang yang nggak kenal beliau lah. Hahaha (krik krik)

Dalam waktu cukup singkat, ndompleng Mas Gemuh yang sedang menggali informasi dari Pak Erwan mengenai thesis yang sedang digarap Mas Gemuh, cukup banyak hal baru yang saya tangkap sore itu. Nah inilah salah satu bagian yang saya suka dari sesi sowan. Beliau cerita banyak hal, mulai dari pengalaman sampai hal-hal lain. Seneng lah pokoknya hehe.

Dah gitu aja ya ceritanya. 
Intinya seneng. 
Semoga masih selalu bisa ngangsu kawruh dan bersilaturahim dengan beliau. 
Semoga beliau beserta keluarga sehat selalu dan makin produktif makin keren.

Maturnuwun Pak Erwan.
Sekian.
Hehe

Kamis, 26 April 2018

Nurul Ummah Kala Itu

Foto Aina Ulfa.

Apapun itu tetap harus maju dan selalu semangat. Tak lupa pengalaman yang telah berlalu dijadikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga sehingga ke depan dapat terus maju dan tetap berbenah menjadi lebih baik. Introspeksi diri lagi lagi dan lagi.

Terima kasih untuk siapapun yang dengan sabar membimbing, memahami, juga menemani dalam setiap pergerakan. Bimbingan dan arahan itu sangat bermanfaat bagi kami. 

Oiya mohon maaf kepada siapapun yang kebetulan memiliki nomor WA saya, entah kenapa suatu hari WA saya error berdampak pada grup-grup yang saya ikuti bisa dibaca, ada notifnya, tapi tidak bisa turut mengirim pesan di sana. Pabila ada suatu kepentingan yang mendesak dapat berkabar melalui SMS atau messenger di Facebook ini. Maturnuwun.

Suatu hari di PP Nurul Ummah Kotagede

Rabu, 25 April 2018

Sisi Lain dari Bahagia Mereka


Wkwkwk daripada marai bingung, ini ada postingan lanjutan. Hwahwahhwa
Alhamdulillah kangmasku hari ini sah menjadi seorang suami dari seorang perempuan yang sekarang telah menjadi istrinya. Hwahwahwa.
Sakjane nganti saiki rasane iseh rodo nganu, po hooh wes tenanan rabi. Koyo dejavu sitik barang je. Hehe. Lha dekmben rung onk wacana rabi, tak pikir telung taun po patang taun meneh le rabi. Jebul malah luwih maju adoh.
Betapa recehnya aku. 
Nek ngguyu iso los tenanan. Begitu pula jika terharu po sedih, yo iso los tenanan. Receh. Pas arep akad ki aku wis khawatir karo awakku dewe, gek nek nangis kepie iki engko. Pasalnya nek aku menyaksikan akad nikah baik teman maupun saudara, aku selalu menahan nangis sekuat tenaga. Mbuh ngopo terharu banget. Lhaiki opomeneh kangmasku dewe sek akad, konco ribut pendak dino, po ora soyo menjiwai. Hehe
Lha akad nikah urung mulai wae wes rasane arep nangis. Lebay cen an haha. Mbasan qobiltu terucap, ha tenan, raiso nahan. Netes alon-alon gek sentrap sentrup kae. Khawatirku nek ra terkondisi gek angel le mandeg kui. Hehe pas sungkeman we aku trimo sisi ng kamar mandi, alesane jane gur ndak rakuat terharu, mesti bakalan nangis eneh hehehehee.
Yowes ngono ae ceritane. Pokoke ngger podo seneng dan bahagia aku tentu melu seneng. Semoga selalu dalam lindungan dan terlimpahi barokah Allah.
Aamiin


Sabtu, 21 April 2018

Sendiri Lagi


Back to realita katanya.
Realita bahwa besok pagi UAS PHI 😃



Kemarin menghadiri pernikahan di Halim, pertama kalinya dateng ke nikahan yang bukan memakai adat jawa, kali ini perpaduan antara upacara adat minang dengan upacara pedang pora. Keren gitulaaa.

Setelah selesai acara entah kenapa langsung pengen banget pulang hari itu juga. Bapak, ibuk, mas, mbak juga langsung pulang dengan transportasi mereka masing-masing. Meski sa sudah membeli tiket pulang Ahad malam, ntah kenapa mereka iyaiya aja ketika sa pengen cari tiket lagi untuk hari itu. Langsunglah gass ke Gambir diiringi kemacetan yg sampe bikin ngantuk. Btw keren kangojeknya nyalipnyalip di tengah macet. Haha. Kebetulan di Monas lagi ada acara bagi-bagi sembako atau apalah itu. Makin bikin macet.

Drama hari itu dimulai. Sampe Gambir tiket hari itu sudah habis. Ala-ala nungguin ada yg ngebatalin tiket, mulailah ngegembel dari jam 4 sampe jam 7 malem. Gambir ramai, loket antrean ramai, sendirian, lengkap sudah. Hari itu tiket ke berbagai tujuan udah pada habis, efek liburan kejepit kali. 3 jam dengan hasil nihil. Kecewa dong ya pastinya. Akhirnya menyerah juga. Nggak jadi bisa pulang hari itu.

Malam ini kesampaian pulang. Sangat menikmati perjalanan sendirian dengan segala dramanya. Banyak pengalaman baru. Semoga lain waktu diberi kesempatan melakukan perjalanan sendirian lagi. Seneng sih bisa jadi tau gimana harus mengatur diri sendiri di tengah keramaian tanah orang, gimana ngatur uang biar nggak berlebihan menggunakannya. Gitu sih. Tp tetep aja rasa kesepian pasti ada. Hwahwa.


Cukup deh ceritanya.
Sekian dan terima kasih.
Btw Argo Lawu malam ini memuaskan, berangkat tepat waktu. Sebenarnya Taksaka kemarin memuaskan juga, gerbong dan seisinya kelihatan baru, nyaman, cuma karena kendala teknis harus molor 2 jam dari jadwal :")

Rabu, 18 April 2018

Pertemuan Itu


Pertemuan adalah salah satu cara membebaskan rasa

Saya selalu senang berkumpul dengan teman-teman. Senang berbagi cerita. Senang mendengarkan cerita. Banyak bicara meski kadang menjadi pendiam di suatu keadaan. Ada rasa bahagia di saat dapat berbaur dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitar saya. Entah itu keluarga, teman, bahkan orang yang baru saya kenal sekalipun.

Saya bahagia, selalu ada cerita baru, pengalaman baru, dan juga kenangan yang mengharu ketika bertemu dengan sesama. Dari situ banyak hal baru yang saya dapatkan. Bagaimana saya bisa memposisikan diri ketika berada di antara banyak orang, bagaimana saya bersikap terhadap orang lain, dan hal-hal lain yang secara tidak langsung menjadi pembelajaran ketika bertemu dan berkumpul dengan orang lain.

Seperti Minggu (07/04) lalu, entah kenapa saya begitu bahagia bisa bertemu dengan kawan-kawan saya, sekedar melegakan rasa. Terima kasih untuk semua yang selalu bisa membuat bahagia. Semoga silaturahmi tetap terjalin. Semoga rasa ini segera terbebaskan. Semangat berjuang :')

Selasa, 10 April 2018

Cara Kami Mensyukuri Kelulusan


Foto Aina Ulfa.

Foto : Habis bagi-bagi, jalan bareng di tengah terik matahari menuju 0 km buat foto seangkatan.


Pagi itu, dua tahun yang lalu, bareng-bareng satu angkatan menuju gedung DPRD DIY bergabung dengan pelajar Kota Yogya lainnya dalam acara #Sungkem2016. Setelah itu berpencar menurut sekolahnya masing-masing untuk melanjutkan kegiatan berbagi nasi bungkus dan susu kedelai. Kebetulan sekolah kami mendapat spot bagi-bagi di sepanjang Jalan Malioboro dan berakhir di Nol KM.


Meski pengumuman kelulusan kurang begitu greget — sangat optimis lulus, masalah biji urusan mburi 😂 (kata seorang teman), beginilah cara sederhana kami dalam rangka tasyakuran kelulusan yaitu dengan berbagi nasi bungkus dan susu kedelai. Tidak ada corat-coret karena seragam yang kami miliki kami kumpulkan kemudian akan disalurkan kepada yang membutuhkan — kabarnya akan disalurkan ke NTT. Meski sederhana tetapi para tukang becak dan andong di Jalan Malioboro tadi mengapresiasi kegiatan pelajar kota dalam rangka kelulusan ini, "Sae mbak, daripada wor-wor coret-coret ngganggu wong lio, ngene ki luwih bermanfaat. Jempol wis."


Dalam suasana bahagia, terselip rasa sedih yang lumayan ngena. Btw selamat untuk teman-teman seperjuangan. Selamat ya, selamaaaaat banget bisa berada di nomor 3 se-DIY. Terharu e 
Dua tahun telah berlalu, berpencar sendiri-sendiri mengejar impian yang sedang diperjuangkan. Selamat berjuang teman-teman, semoga selalu diberikan kemudahan dan kelancaran dalam segala hal. Sampai jumpa lagi dalam suasana baru dan dalam keadaan yang tentu jauh lebih baik dari saat itu. 

Sabtu, 24 Maret 2018

Situ Sehat?

[Nih, kasih idung aja sinih]

Sudah terbiasa diperlakukan kurang mengenakkan. Dituduh gini gitu. Dituduh merebut temen. Dikira ngomporin temen biar ngejauhin ini itu pas jaman sekolah. Dikira gamau kerja ini itu pas ada event ulang tahun sekolah. Dan lain-lain.
Dari banyak kasus yang telah disebutkan, sumber dari segala sumber kehebohan yang menyebalkan itu adalah kesalahpahaman teman. Kesalahpahaman. Ya. Kesalahpahaman.
Mereka melihat tanpa memahami terlebih dahulu, tanpa mengecek kebenaran akan suatu hal terus langsung lass loss aja. Namanya juga enak kan ya ngegosip sambil jualan berita ga bener. Puas banget nyebarin kejelekan dari temen ke temen. Makin puas lagi kalau temen yang lain bisa terpengaruhi gosip itu.
Jujur aja dulu awalnya kesel banget. Kesel hati kesel pikiran, kita yang udah berteman ikhlas lillahi ta'ala dibilang ngerebut temen. Kita yang ikhlas membantu event ulang tahun dibilang kaga kerja, padahal saat itu kami sampai pulang ke rumah jam 2 pagi gegara mempersiapkan semuanya. Kemana aja temen kami yg nyinyir itu? Pikirku kala itu. Awalnya pengen banget konfirmasi langsung dan cerita ke temen-temen biar citra buruk kami terhapus, tapi pas dipikir-pikir hakokle selo nek kudu klarifikasi sana-sini. Mbok ben.
Becik ketitik ala ketara. Nek cen e dicap elek dituduh ro wong sek rung reti we ra dadi masalah.



Sama halnya belum lama ini, salah satu teman saya tbtb ngechat menanyakan kemana aja saya dan komandan saya kok gak ikut temen-temen lain bantu yang lagi kena bencana? Kenapa gak ikut cari dana dan dateng ke Bantul sama temen-temen? Dan banyak pertanyaan yang nadanya bukan real tanya tapi ngeleh-lehke.
Dengan berbekal pengalaman pahit yang sudah-sudah, saya tanggapi pertanyaan memojokkan itu dengan santai. Toh gaperlu kami jelaskan apa yg telah kami lakukan untuk teman2 yang sedang tertimpa musibah. Menjelaskan kalau kami sedang ada tugas negara amarta mereka juga tidak akan mau tau. Biarkan aja mereka bebas menilai kami bagaimana.

Rabu, 21 Maret 2018

Bertemu 'Si Putra Petir'

Alhamdulillah bisa bertemu kembali.
Terima kasih Mas Ricky, meski tidak memiliki banyak waktu luang tp kami berkesempatan bertemu 😊
Perkenalkan yang ada di foto ini adalah Mas Ricky Elson, menurut sumber dari Wikipedia, Ricky Elson (founder Lentera Angin Nusantara) adalah seorang teknokrat Indonesia yang ahli dalam teknologi motor penggerak listrik. Beliau adalah salah satu orang yang membidani lahirnya mobil listrik nasional bernama Selo dan Gendhis. Ricky Elson 'Si Putra Petir' salah satu anak bangsa yang berhasil menciptakan hasil karya yang sangat berguna bagi perkembangan teknologi di Indonesia.

Senang rasanya bertemu dengan orang hebat yang luaaar biasa ini, minimal bisa nyadong semangat kegigihan beliau, alhamdulillah banget. Semangat Mas! Lancar segala urusan dan semoga tetap menginspirasi. 
KK👌
Fa

Kamis, 15 Maret 2018

Sedikit Cerita

Asal bermanfaat dan baik, jangan pernah menyesal mengikutinya. Ya ini yang dinamakan berproses katanya. Namanya juga pilihan, pasti ada konsekuensi yang selalu mengikuti dalam perjalanannya nanti, seperti mengorbankan agenda lain yang ada, mungkin. Semangat selalu. Semua akan indah pada waktunya, mbuh kui waktunya kapan jare.


Syaikh Mushthofa al-Ghulaiyaini, seorang ulama besar dari Beirut Lebanon dalam karya visionernya yang berjudul ‘Izhatun Nasyi’in, beliau berkarta :

إِنَّ فِى يَدِكُمْ أَمْرَ الأُمَّةِ, وَفِى إِقْدَامِكُمْ حَيَاتَهَا, فَأَقْدِمُوْا إِقْدَامَ الأَسَدِ الْبَاسِلِ وَانْهَضُوْا نُهُوْضَ الرَّوَايَا, تَحْتَ ذَاتِ الصَّلاصِلِ تَحْيَ بِكُمُ الأُمَّةُ

Di tanganmulah, wahai generasi muda, segala urusan bangsa. Dalam langkahmu tertanggung masa depan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, melangkahlah kalian bagaikan seekor harimau yang gagah berani, yang tidak pernah mundur setapak pun. Bangkitlah laksana para pemegang panji perang, yang berangkat menuju medan juang dengan penuh tanggung jawab. Dengan usaha dan hasil karyamu, bangsa kalian akan hidup bahagia.


***

Selamat dan semangat berproses kanss, perjalanan masih panjang, jangan pernah lelah apalagi merasa puas terhadap apa yang kita capai. Jaga semangat dan kekompakan untuk terus berbenah lebih baik lagi, lagi, dan lagi.

                                       
                                       

Maju, jangan takut salah, apalagi kalah. Segala proses yang telah dan akan kita lalui menghadirkan banyak pengalaman dan nilai pembelajaran bagi kita semua, bukan hanya pengalaman mengenakkan, pun pengalaman yang kurang baik akan sesekali mengiringi perjalanan kita. Tapi tak perlu khawatir, semua pengalaman itu nantinya akan menjadi bekal dalam menghadapi segala keadaan dan permasalahan ke depannya.

Pemuda/i berakhlak baik, berilmu, berkompeten adalah harapannya. Mari wujudkan bersama agar ke depan para pemuda/i dapat menjadi penerus bangsa, dambaan surga, juga idaman mertua haha gojek
Terimakasih kepada yang selalu membimbing dan menginspirasi kami yang masih butuh banyak belajar ini. Selamat menebar manfaat bagi masyarakat. Selamat belajar, berjuang, bertaqwa! 

Oiya, berorganisasi ber-IPNU IPPNU itu asyik! Nagih, kaya kalau abis disenyumin kamu ehee




Rabu, 07 Maret 2018

MEMERANGI HAWA NAFSU

Jihad melawan nafsu, tak lekang oleh waktu. Catat! 😁



Sungguh menghadapi nafsu diri sendiri yang tak tampak akan sangat lebih berat ketimbang menghadapi musuh di depan mata yang terlihat. Kadang kita mengabaikan dan menganggap remeh sesuatu yang tidak tampak padahal dari sesuatu yang tidak tampak tersebut dapat menimbulkan sebuah konsekuensi berat bagi kehidupan kita. Jihad ini juga tak memerlukan waktu khusus, melainkan setiap hembusan napas, sepanjang masa. 


Begitu mendengar kata “jihad” orang kerap langsung mengasosiasikannya dengan perang fisik: kekerasan, persenjataan, pasukan musuh, dan serangan. Padahal, dalam Islam jihad dalam pengertian demikian tak menempati level tertinggi. Aktivitasnya pun diizinkan hanya dalam kondisi sangat mendesak. Lalu di manakah letak jihad melawan hawa nafsu (jihadun nafsi) yang disebut Rasulullah sebagai jihad paling agung; jihad yang gejolaknya kita rasakan hampir setiap detik?


Kata “Jihad” berasal dari bahasa Arab jâhada yang berarti bersungguh-sungguh. Secara luas ia bisa bermakna lahiriyah, juga batiniyah. Tak semata identik dengan tempur sebagaimana lazim dipahami. Islam memang memberi ruang umat Islam untuk berperang secara fisik, tapi juga memiliki aturan sangat ketat aktivitas kekerasan itu terjadi.
Dalam Surat al-Baqarah ayat 190 disebutkan:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Ayat di atas mengandung peringatan bahwa seseorang hanya boleh memerangi orang lain ketika dalam posisi membela diri, persisnya saat keselamatan diri terancam. Itu pun harus dilakukan tidak dengan cara yang membabi buta. Tidak boleh kebencian kita kepada kelompok tertentu membuat kita lantas melakukan apa saja seenaknya kepada mereka. Ada etika di dalamnya. Ada batas kewajaran dan norma yang mesti diikuti. Dalam situasi perang, misalnya, Islam melarang membunuh rakyat sipil, perempuan, anak-anak, dan pemuka agama. Sebagaimana dikatakan Ibnul ‘Arabi dalam Ahkamul Qur’an:

أَلاَ يُقَاتِل إِلاَّ مَنْ قَتَلَ وَهُمْ الرِجَالُ البَالِغُوْنَ، فَأَمَّا النِّسَاءُ وَاْلوِلْدَانُ وَالرَّهْبَانُ فَلَا يُقْتَلُوْنَ

"Janganlah membunuh kecuali terhadap orang yang memerangimu. Orang yang boleh dibunuh di masa perperangan adalah laki-laki dewasa. Adapun perempuan, anak-anak, dan pendeta tidak diperkenankan untuk dibunuh.

Di sinilah letak kedalaman Islam. Jihad tak hanya dimaknai sebagai perjuangan fisik tapi juga perjuangan batin. Ketika ledakan bom memakan banyak sekali korban nyawa tak berdosa; saat hantaman rudal menghasilkan ribuan mayat; kita patut merenung bahwa betapa banyak mudarat yang ditimbulkan tatkala jihad diterjemahkan secara salah dan sepotong-sepotong. Jihad fisik yang berhasrat memenangkan pihak lain tapi secara tak sadar membuat diri pelakunya kalah dari egonya sendiri. 


Sungguh menghadapi nafsu diri sendiri yang tak tampak lebih berat ketimbang menghadapi musuh di depan mata yang terlihat. Jihad ini juga tak mengandaikan waktu-waktu khusus, melainkan setiap embusan napas, sepanjang masa. Benarlah Rasulullah mengatakan perang melawan diri sendiri sebagai pertempuran akbar karena dalam banyak hal jihad secara selah itu tak terasa dilakukan karena sering kali ia dibalut oleh kenikmatan, atau bahkan argumentasi keagamaan. Padahal hakikat jihad adalah fî sabîliLlâh, bukan fî sabîlil hawâ.

Senin, 05 Maret 2018

Pergi untuk Kembali

"Seberapa besar tekad untuk pergi, kembali itu pasti"
Hasil gambar untuk stasiun yogyakarta

Tiga hari yang sangat menyenangkan di Surabaya, mendapat banyak pengalaman juga teman, sangat bersyukur tentunya dipertemukan dengan orang-orang yang super baik.
Setelah dinyatakan cukup, Minggu petang harus kembali ke rumah di antar oleh Sancaka yang sangat menyenangkan. Awak siji, mangkate selo, balike gawanane haduh pating greweng. Titipan makanan ngehitz Surabaya membuat kepulanganku mirip orang abis mudik lama, kiwo tengen gowo cangkingan. 

Sendirian. Tidak enak badan. Kesepian. Lengkap sudah. Pertama kali balik lewat Gubeng Baru, merasakan suasana baru dan di ruang tunggu saya dipertemukan dengan seorang ibu yang juga sedang dilanda kesepian karena melakukan perjalanan pulang ke Jogja sendiri. Katanya, belio bahagia bertemu dengan saya karena belio kesepian dan baru pertama bepergian sendirian. Waw sayangnya kami beda gerbong sehingga pertemuan kala itu berakhir di ruang tunggu.

Tak lama kemudian, saya melihat sosok yang tidak asing dengan gaya yang khas, baju muslim putih, kopiah putih, sarungan, dan menggendong tas eiger hitam. Ustadz Tajul Muluk. Wow, di tempat jauh begini melihat belio dan ternyata kami satu gerbong. Tidak pernah mengira akan bertemu orang di tanah orang. Hahaha.

Oke baiklah, cerita panjang ini berakhir dengan sedikit ngenes, sepanjang di kereta awake loro kabeh, batuk tak terkondisikan, untunge masih punya sisa bodr*x dan a*ua yang meminimalisir derita. Rasane rakaruan pokoke meh sambat kalih sinten yen sampun mekaten. Lungo-lungo dewe, neng dalan loro yo dirasake dewe. Haha

Sampai Jogja tengah malam dan pagi hari langsung menuju Paseban menjalankan amanat dengan semangat meski badan sudah liyudh dan setelah itu.............. Limang dino ora tangi ora metu seko omah. Hahahahaa

Tapi bahagianya Senin itu bisa bertemu dengan moodbstr meski sebentar, waw terima kasih Mas sudah memberi waktu luang untuk bertemu di tengah sibuknya kampus. Bye.

[Flashback beberapa hari lalu]
Sekeping syukur yang terserak
Yogyakarta, Januari 2018