Oleh: Joko Intarto*
Ada pejabat yang marah-marah ketika ditolak masuk pesawat karena
terlambat. Ada pejabat yang ngamuk hanya gara-gara tasnya harus masuk bagasi
pesawat. Bahkan ada pejabat yang akhirnya diadili karena menampar pramugari
yang menegurnya.
Pejabat itu sejatinya adalah pelayan rakyat. Walau bernama menteri
sekali pun, posisinya adalah ‘’jongos’’, sementara rakyat adalah ‘’majikan’’.
Maka menjadi sangat aneh kalau ada pejabat yang banyak tingkah. Bukannya
melayani malah minta dilayani rakyat.
Prinsip pejabat sebagai ‘’babu’’-nya rakyat itu rupanya dihayati
Dahlan Iskan. Ketika melihat tiga bule asal Belanda mengalami masalah tidak
boleh naik ke pesawat Garuda Indonesia GA319 dari Surabaya menuju
Jakarta, Sabtu (16/11), Dahlan segera turun tangan.
Dahlan segera mencari tahu, apa masalah yang menimpa ketiga turis
itu, sehingga tidak diperkenankan masuk pesawat. ‘’Saat antri mau masuk
pesawat, Pak Dahlan melihat dua wanita dan seorang pria bule antri dan tidak
bisa naik pesawat,’’ kata Kepala Bagian Humas Kementerian BUMN, Faisal Halimi
yang juga ikut dalam rombongan.
Akhirnya, Dahlan memanggil petugas Garuda yang tengah bertugas
untuk menolong mereka. ‘‘Tolong anda pastikan agar mereka bisa terbang. Kasihan
kalau tidak connect dengan penerbangan berikutnya. Bila perlu tinggalkan saya,
jika kursinya memang penuh,’‘ ucap Faisal menirukan Dahlan.
Yuni, petugas Garuda Indonesia, menjelaskan bahwa ketiga penumpang
asal Belanda itu memang datang terlambat, sementara waktu chek in sudah
ditutup.‘‘Karena mereka datang setelah closing time chek in, petugas
perlu waktu untuk membuka kembali sistem check in,’‘ ungkap Faisal.
Tindakan Dahlan ini rupanya menarik perhatian para penumpang
Garuda lainnya. ‘‘Alhamdulillah akhirnya mereka bisa terbang juga. Beberapa
penumpang mengapresiasi apa yang dilakukan Pak Dahlan tadi. Ada yang sampai
geleng-geleng kepala melihat Menteri BUMN mau ngurusin orang lain yang tidak
dikenalnya,’‘ tukas Faisal.
Dahlan sedang pencitraan? Tidak. Sebagai pejabat BUMN, tindakan
Dahlan membantu penumpang Garuda itu justru merupakan kewajibannya. Tentu
sangat tidak elok, bila Dahlan membiarkan ketiga penumpang itu ‘’keleleran’’
sementara dirinya bisa terbang tanpa kesulitan.
Jadi pejabat memang tidak boleh gila hormat. Apalagi menjadi
lintah darat: untuk menumpuk kekayaan dan membiarkan rakyatnya sekarat.
Joko Intarto *Media management specialist. Memimpin sejumlah perusahaan Jawa Pos Group dari 1993 - 2012. Berpengalaman mengelola perusahaan penerbitan media cetak dan televisi lokal. Sekarang penulis, pengajar dan pengelola rumah produksi. Memberi pelatihan jurnalistik untuk wartawan dan praktisi kehumasan. Memberi konsultasi bisnis media dan strategi komunikasi. Menulis buku Bisnis Gila (2004) dan Akal Sehat Dahlan Iskan (2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar