Minggu, 17 November 2013

Si Pengasah RNI dari Kusam Jadi Berkilau ~ Ismed Hasan Putro



Awalnya, Ismed Hasan Putro bukanlah seorang pebisnis. Tetapi jalan hidupnya justru mengantarkan Ismed sebagai Presiden Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), sebuah perusahaan BUMN yang merugi.

Pada 2011 Ismed dipercaya untuk menahkodai RNI yang mengalami kerugian sekira Rp64 miliar. Namun hanya dalam kurun waktu satu tahun, dia mampu mengubah rapor keuangan RNI dari kusam menjadi berkilau.

Berbagai cara dilakukannya demi menyelamatkan RNI agar tidak bangkrut. Upayanya pun berbuah manis. Perusahaan pelat merah itu mampu mencetak laba hingga Rp463 miliar pada tutup buku 2012.

Semasa meniti karier, Ismed mengaku, banyak mendapat kenikmatan dari Yang Maha Esa. “Bahkan saya tidak pernah melamar kerja sekali pun. Setelah lulus dari Universitas Indonesia (UI), saya mendapat tawaran-tawaran kerja dari rekan atau orang kenalan saya,” ujar Ismed belum lama ini.



Dalam kesempatan itu, Ismed bercerita banyak hal mengenai proses perbaikan RNI. Pria yang berpenampilan mirip Dahlan Iskan ini pun membocorkan kiat suksesnya menyulap RNI menjadi perusahaan yang sangat bernilai.

Ismed mengisahkan, saat lulus kuliah, dia tidak pernah membuat atau mengajukan lamaran ke perusahaan-perusahaan. Ismed yang lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)-sekarang berganti nama Universitas Islam Negeri (UIN) di Ciputat-Jakarta menjelaskan selalu diajak bergabung dengan orang lain. Ismed yang melanjutkan kuliah ke Universitas Indonesia (UI) bertemu dengan Direktur Kompas, Widodo.

“Saya diajak oleh pak widodo, dia itu dulu Direktur Kompas, di ajak untuk bergabung sebagai lembaga peneliti. Nah waktu itu ada enam orang anak-anak UI pada waktu itu teman-teman dari Fisip dari sastra ketika itu jadi tenaga peneliti di situ di Litbang Kompas selama dua tahun,” ujar Ismed.

Setelah menjadi tenaga peneliti di Kompas selama kurang lebih dua tahun, Ismed ditawari bergabung dengan Jawa Pos Group, oleh redaktur pelaksana Jawa Pos. Di sana, dia bertemu langsung dengan petinggi Jawa Pos Dahlan Iskan yang saat ini menjadi Menteri BUMN.

“Saya kan waktu itu ditawari oleh redaktur pelaksana Jawa Pos untuk bergabung dengan Jawa Pos. Nah pada waktu itu bertemu dengan pak Dahlan Iskan dan ditawari dengan dia, ya sudah saya gabung,” katanya.

“Jadi saya praktis dua kali bekerja itu saya tidak pernah pakai melamar saat bekerja itu, tidak pernah istilahnya itu mengajukan lamaran bekerja, tidak pernah di test jadi diajak begitu saja,” tambah dia.

Selama bekerja sembilan tahun di Jawa Pos Group, Ismed memang diajarkan bekerja sebagai jurnalis, namun tidak hanya itu, dia juga dibimbing menjadi pebisnis oleh Dahlan Iskan.

Menurutnya Dahlan Iskan sempat memberikan beberapa peluang kepada dirinya untuk bisa menjadi berbisnis. “Dia kasih masukan dan peluang ke saya untuk mulai berbisnislah dikasih potensi untuk mulai membentuk perusahaan,” jelasnya.

Menjadi Pebisnis

Ismed akhirnya mencoba peruntungannya dengan menjadi pebisnis. Mimpinya dimulai saat dia ingin membuat sebuah jalan tol yang berada di Surabaya dengan membuat sebuah perusahaan yang bernama PT Jaya Makmur Konstruksindo. “Waktu itu jaman orde baru, saya mengajak Kostrad pada waktu itu untuk bekerjasama dengan Jawa Pos tapi mimpi saya itu tidak jalan karena ada reformasi,” kisahnya.

Saat mimpinya tersebut kandas, Ismed tidak patah arang, dia kembali melakukan kerjasama bisnis dengan Setiawan Jodi untuk mengembangkan perkebunan jati. Sayangnya, bisnisnya tersebut tidak dapat bertahan lama. Dia akhirnya harus mengundurkan diri dan beralih dengan mengembangkan bisnis gula. “Waktu itu saya jadi Direktur tapi tidak lama dan saya mundur dan saya beralih ke bisnis lain dengan menjadi importir gula,” imbuhnya.

Pucuk di cinta ulam pun tiba, dengan menapaki karir di bisnis gula, diajak akhirnya dilirik salah satu orang Kemenetrian BUMN yang bernama Sugiarto untuk menjadi anggota Kebijakan Publik di Kementerian BUMN.

Setelah menjadi anggota Kebijakan Publik di Kementerian BUMN, pada 2008 dia kembali diajak oleh Teddy Jo untuk menjadi Komisaris di salah satu perusahaan milik BUMN yakni PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). “Baru pada tahun 2008 saya mengenal RNI, ketika itulah saya mulai tahu apa saja yang dilakukan oleh RNI, itu selama empat tahun lamanya,” ujar Ismed.

Ismed mendapat posisi awalnya sebagai Komisaris di PT RNI, baru pada 2012 Ismed memiliki kesempatan untuk menjadi Direksi di PT RNI. Menurutnya, pada 2012 fit and proper test baru dibuka untuk mencari direksi yang baru. “Saat itu Menteri BUMN masih pak Sofjan Jalil, saya ikut fit and proper test wawancara sampai di akhir tiba-tiba terjadi pergantian menteri,” ungkap dia.

“Ketika sudah mau di teken menterinya berganti. Nah saya pikir enggak jadi, untuk jadi Direksi di RNI tapi tiba-tiba yang jadi Menterinya pak Dahlan Iskan kemudian diangkatlah saya sebagai Direktur Utama di RNI,” papar Ismed.

Bagi Ismed, pemimpin di sebuah perusahaan tidaklah hanya butuh tanggung jawab semata, apalagi dalam mengelola perusahaan milik BUMN, pastinya butuh sebuah strategi dan kiat-kiat khusus agar perusahaan pelat merah tersebut bisa mendapatkan laba yang telah ditargetkan.

Pemimpin BUMN harus mampu berpikir bagaimana cara agar perusahaan yang dipimpinnya tersebut bisa berkembang lebih baik dalam ke depannya. PT RNI yang saat ini dipimpin oleh Ismed Hasan Putro contohnya, dia mengaku, ada dua faktor penting dalam membangun perusahaan yang dipimpinnya, yakni perubahan mindset bisnis dan melakukan transformasi kultural di dalam pola kerja.

Direktur Utama PT RNI ini mampu memberikan semangat juang para karyawannya mulai dari staf sampai para direksi, dia bisa menjadikan dirinya sebagai kiblat dari para karyawannya dengan melakukan dua faktor yakni perubahan mindset bisnis dan melakukan transformasi kultural di dalam pola kerja yang dimulai dari dirinya dahulu.

Melalui lompatannya tersebut pada penutupan buku akhir tahun 2012, RNI mampu meraup labanya hingga Rp463 miliar. Padahal, pada penutupan buku ditahun sebelumnya yakni 2011 RNI mengalami kerugian hingga Rp64 miliar yang saat itu bukanlah dirinya yang menjabat. Melalui dua faktor tersebut ini menunjukkan Ismed memiliki kriteria semangat juang tinggi melalui strategi-strateginya agar perusahaan yang dipimpinnya bisa lebih baik ketimbang sebelumnya.

“Kondisi perusahaan saat ini yang saya kelola sebagai sebuah holding dari 15 perusahaan RNI sebagai holding-nya itu sehat, karena pada tahun 2011 dia emang mengalami rugi sekira Rp64 miliar, nah ketika saya masuk pada bulan Maret 2012 itu posisinya masih rugi. Tapi Alhamdulillah pada bulan September sampai Desember 2012 pas tutup buku itu kita membukukan laba sebesar Rp463 miliar, jadi lompatannya itu 500 persen dari rugi yang sebesar Rp64 miliar,” ujar Ismed.

Saat mencatatkan laba Rp463 miliar, dia menjelaskan, jumlah tersebut belumlah dipotong oleh dividen. Setelah dipotong dividen laba RNI pun berkurang menjadi Rp300 miliar. Namun demikian, dengan jumlah laba yang sebesar itu pun dirinya masih merasa puas karena dalam sejarah RNI berdiri selama 48 tahun, perusahaan ini belum pernah mencatatkan labanya hingga diatas Rp125 miliar. Menurutnya, kalo pun ada laba perusahaan yang sebesar Rp125 miliar, itu bukanlah dari operasional bisnis tapi lebih dikarenakan oleh aset.

“Jadi tren sebagai salah satu korporasi yang sehat dia bisa dilakukan karena dua faktor yang saya sebutkan tadi itu, saya melakukan perubahan mindset bisnis, dan saya melakukan transformasi kultural di dalam pola kerja para karyawan, staf dan pimpinannya dan itu saya mulai dari diri saya,” tukasnya.

Rela Tak Gajian
Sebagai seorang pemimpin, menuru Ismed, seseorang pasti memiliki keinginan tinggi untuk lebih bisa mengembangkan perusahaan yang dipimpinnya. Karenanya, seorang pemimpin harus memiliki motivasi-motivasi tersendiri, agar perusahaan yang dipimpinnya bisa lebih maju dan berkembang lebih pesat.

Motivasi tersebut, bisa menjadi sebuah merupakan arah, dan ketekunan pada seseorang atau individu dalam mencapai tujuannya ke depan. Sedangkan untuk memotivasi dirinya, haruslah memiliki niat serta tekad bulat agar arah dan ketekunan individu tersebut bisa tercapai.

Selain memotivasi diri sendiri, dia juga dapat memotivasi para pekerjanya, agar perusahaan yang dipimpinnya tersebut memiliki prestasi yang baik, dan yang lebih penting, kinerja perusahaan tersebut dapat meningkat.

Ismed menuturkan bagaimana caranya memotivasi para karyawannya, sehingga dapat menghasilkan sebuah inovasi yang mampu mendongkrak kinerja perusahaannya. Memang tidak mudah, pasalnya RNI bukan BUMN yang populer, terlebih BUMN ini kerap mengalami kerugian.

Berpijak pada keyakinan itu, dia pun berusaha untuk lebih akrab pada bawahnya. Menurutnya, setelah menjadi bos besar di RNI dia tetap menjaga agar kualitas karyawannya tetap tinggi. Karenanya, dia rela tidak gajian demi mencukupkan kebutuhan hidup karyawannya yang masih membutuhkan.

“Saya juga pernah, gaji saya pun kebanyakan saya berikan kepada karyawan yang sangat membutuhkan. Saya tidak pernah berpikir untuk tidak memberikan, karena dengan seperti itu setidaknya kita telah berbagi kenikmatan antarsesama,” tuturnya.

Ismet menambahkan, semua ini dia lakukan agar dapat berguna bagi bangsa dan negara, dan bukan hanya berguna bagi seluruh karyawan di RNI dan BUMN. Dia menuturkan, kesuksesan yang dia miliki saat ini, merupakan bukti bahwa dia berbakti pada Indonesia.

Menurutnya, semua ini dilakukan, agar perusahaan yang dipimpinnya bisa bersaing dengan kompetitor dari negara lain. “Jadi saya memang ingin betul-betul membayar kepada Republik ini atas segala kenikmatan yang sudah saya dapatkan selama ini sebagai anak bangsa,” katanya.

“Dengan begini saya bisa berbagi kenikmatan pada yang membutuhkan, bahwa memang kenikmatan yang kita miliki tidak boleh kita nikmati sendiri maka dari kita harus saling berbagi,” tukasnya.

Pengalamannya ini, diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi para pemimpin-pemimpin perusahaan di luar sana, yang kurang termotivasi dalam membangun perusahaannya. Menurutnya, dengan melakukan hal tersebut dirinya bisa berbagi kenikmatan antar sesama.

“Ya saya ingin hidup saya lebih berarti dan saya kira saya sudah diberi cukup oleh Tuhan Yang Maha Esa, banyak kenikmatan-kenikmatan yang saya dapatkan dan saya pikir saatnya saya untuk bisa berbagi, dan kenikmatan itu saatnya saya bayar ke republik dengan cara saya mengabdi di RNI,” ucap Ismed. okz


Sumber: surabayapost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar