(Sidoluhur, Minggu, 28 Juli 2013)
"Ya! Gara-gara tikus! Karena kalau bukan ulah tikus, hari itu saya tidak bisa bertemu dengan sosok yang saya kagumi, Dahlan Iskan!"
Sore itu menunjukkan pukul 16.00, matahari mulai ancang-ancang untuk kembali ke peraduannya dan saya masih terkapar tak berdaya di depan tv, belum ada tanda-tanda beranjak dari tempat itu.
Tiba-tiba nada dering yang memekakan telinga itu memaksa saya untuk beranjak dan membuka pesan singkat yang baru saja tiba di hp saya. Masih tak bergairah dan menduga bahwa sms itu berasal dari kakak, bapak, atau ibuk saya kiarena setiap hari sms masuk selalu dari orang-orang itu (hehe mainstream). Tapi dugaan saya salah, karena sendernya tidak ada nama (dan ternyata adalah Mas Joni DIS Semarang) dan yang saya kaget lagi isi smsnya adalah menginformasikan bahwa besok pagi Pak Dahlan akan ke Sleman.
Tiba-tiba nada dering yang memekakan telinga itu memaksa saya untuk beranjak dan membuka pesan singkat yang baru saja tiba di hp saya. Masih tak bergairah dan menduga bahwa sms itu berasal dari kakak, bapak, atau ibuk saya kiarena setiap hari sms masuk selalu dari orang-orang itu (hehe mainstream). Tapi dugaan saya salah, karena sendernya tidak ada nama (dan ternyata adalah Mas Joni DIS Semarang) dan yang saya kaget lagi isi smsnya adalah menginformasikan bahwa besok pagi Pak Dahlan akan ke Sleman.
Saya bingung dan kaget, dalam hati saya berkata, "Ah apa iya? Mosoook? Tapi nek iya ya alhamdulillah. Nek enggak? yo PHP." Setelah saya telusuri ternyata Mas Joni tau karena ada postingan dari seseorang (lupa namanya) di group Dahlanis. Langsung saya ke TKP untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di postingan itu. Hahahaa .. Sesampainya di TKP saya melihat infonya kurang lengkap karena tidak menyertakan tempat dan jamnya, saya tetap masih ragu dan tidak terlalu berharap banyak karena takut kecewa hehee. Karena bingung dan tidak mau melewatkan hal itu jika memang Abah datang, saya lalu bertanya ke Pak Erwan untuk memastikan hal itu. Tidak lama kemudian Pak Erwan memberitahu tempat dan jam acara itu. Walaupun sudah tau lokasinya, saya tetap khawatir kalau Abah tidak jadi datang. Namun saya tetap akan ke Sidoluhur esok pagi entah Abah datang atau tidak, yang penting saya sampai sana agar tidak menyesal kalau Abah memang datang ke sana.
Cepat-cepat saya sms beberapa teman yang saya kenal, sempat saya bingung karena Mas Arsyad sudah pulkam. Tapi tiba-tiba saya ingat Mas Fajar, teman Dahlanis yang menurut feeling saya dia pasti mau dan bisa. Saya PM dia lalu minta nomor hp, setelah itu janjian untuk bareng ke Sidoluhur. Tak lupa juga saya mengabari Bu Tarom tapi beliau ada acara dan tidak bisa datang. Baiklah, malam itu saya koordinasi sama Mas Fajar (wusss!) masalah besok pagi, dan menghasilkan keputusan besok pagi berangkat jam 5.15 ketemuan di perempatan Pasar Godean. Saat itu ada perasaan gelisah karena takut tidak diberi izin sama orangtua, sudah beberapa hari saya sakit dan malam itu rasanya masih lemah karena belum sembuh total.
Selepas taraweh saya baru ngomong sama ibuk dan alhamdulillah ternyata diizinkan. "Arep dianter apa berangkat sendiri dek?", dan saya memutuskan untuk berangkat sendiri. Tapi hingga mendapat izin, saya tetap khawatir. Untuk menghilangkan kekhawatiran itu saya maen-maen di wechat bareng teman-teman Dahlanis. Sangat menghibur. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam dan saya pamit lalu beranjak menuju alam lain dengan berharap agar besok pagi saya bisa bertemu Abah lagi.
***
"Saya baru pergi ke suatu tempat yang saya sendiri tidak tahu di mana letaknya, di sana saya dirangkul oleh seseorang. Dan lagi-lagi saya tidak tau siapa orang itu. Saya diajak ngobrol dan bercanda, bahagia sekali, tapi saya masih penasaran dengan orang yg membuat saya bahagia."
Tidur malam itu membuahkan mimpi seperti yang saya katakan di atas. Yaa, baruasyik-asyiknya menyelidiki siapa gerangan sosok itu, tiba-tiba saya terbangun setelah mendengar suara "Saur uy!". Berat untuk bangun atau sekedar membuka mata, sempat terbersit ide untuk melanjutkan petualangan mimpi. Tapi saya ingat kalau pagi ini harus pergi. Dan dengan sedikit malas saya berjalan menuju kamar mandi lalu makan sahur. Saya masih bimbang antara makan atau tidak, tapi berhubung sunah rasul maka saya tetap makan walau sekedar untuk menggugurkan sunah saja. Setelah makan saya menunggu adzan subuh dengan mengaji, sebentar saja. Adzan subuhpun berkumandang mengudara di atas langit Krapyak, saling bersahut-sahutan.
Saya mengambil air wudhu dan menuju langgar depan rumah sendirian, sedangkan ibuk dan bapak ke masjid yang sedikit jauh. Setelah menunaikan kewajiban saya pulang, mandi lalu bersiap-siap. Saya masukkan kamera dan buku. Tak lupa STNK saya masukkan dompet dan jam 05.10 saya sudah siap berangkat. Saya pakai sepatu kebanggaan, berpamitan (tak lupa minta sangu:p) lalu berangkat ditemani kuda besi yang sangat setia mengtar kemana-mana.
Jalanan masih lengang dan sepi. Tidak banyak kendaraan yang melintas sepanjang jalan, yang ada hanyalah segerombolan anak kecil asyik menyulut mercon. Dasarnya kagetan, sepanjang jalan saya nggrundel sendiri karena ledakan mercon yang menggetarkan hati. Rasanya seperti di sirkuit sendirian, ngebut tapi tidak ada yang mengganggu dan merasa terganggu. Hehe Sampai jalan H.O.S Cokroaminoto saya sedikit melorot gas karena ingin menikmati pemandangan Merapi yang terlihat gagah dari sudut jalan, disamping itu jalanan berkabut. Menggigil.
Dingin yang menusuk tulang lenyap karena kalah dengan semangat luar biasa untuk mencapai Godean. Saya sempat say hello dengan habitat baru. Hehe tapi begitu masuk Jalan Godean saya bingung dimana letak Pasar Godean. Saya belum pernah menjamah daerah Godean sendiri. Saat itu saya hanya mengikuti feeling yaitu tetap berjalan ke barat setelah ring road dan cari pasar yang ada di pinggir jalan. Begitu menyebrangi ring road saya mulai bingung karena sudah lumayan jauh berjalan tp belum menemui pasar. Sepanjang jalan itu sudah mulai ramai, tapi saya masih enggan bertanya letak Pasar Godean. Yang saya ingat bukan jalan menuju pasar, tapi warung sate kambing di dekat pasar yang sering saya singgahi bersama bapak. Sempat menyesal kenapa kemarin-kemarin tidak memperhatikan jalan. Hehe
Ketika melihat anggota TNI yang berada di pinggir jalan saya sempat ingin bertanya, tapi entah kenapa kuda ini enggan berhenti (bukan salah kudanya tp salah pengendaranya:p). Setelah nekat lurus. finally saya melihat keramaian dan saya yakin kalau itu adalah tanda-tanda keberadaan Pasar Godean.Benar saja! Lalu saya menepi dan bertanya Mas Fajar ada di mana. He, ternyata Mas Fajar berada tepat di perempatan pasar. Saya menuju ke tempat Mas Fajar berdiri dan mulailah petualangan kami berdua demi bertemu Pak Menteri.
***
Begitu bertemu Mas Fajar, saya lalu bertanya,"Di mana Mas?". Lalu Mas Fajar berkata,"Kita lurus ke barat, nanti ada baliho dan banyak bendera di pinggir jalan. Di sana lokasinya kata anggota TNI tadi." Kami lalu tancap gas menyusuri Jalan Godean sambil mengamati jalanan. Setelah hampir dua kilo berjalan, akhirnya kami melihat banyak bendera di pinggir jalan. Mobil-mobil sudah berjajar di tepi jalan, orang mengenakan kaos yang seragam berlalu-lalang membelah jalan. Riuhnya suara campursarian menambah meriahnya jalanan di sana.
Sempat bingung harus berhenti di mana, tapi akhirnya kami parkir di depan pabrik, di sana motor-motor sudah berjajar rapi. Setelah itu kami ke tepi jalan dan bengong. "Sekarang harus gimana?". Kami terbengong sambil mengamati keadaan. Mata saya tertuju pada sebuah Luxio biru yang tak asing lagi warna dan nomor platnya, reflek saya langsung berkata,"Pak Erwan". Ya, Pak Erwan sudah di TKP duluan.
Saya sempat membaca spanduk yang bertuliskan ucapan selamat datang Menteri BUMN di Sidoluhur. Nah, ini yang membuat hati saya lumayan tenang. Karena semakin penasaran, saya mengajak Mas Fajar mengikuti barisan kaum adam yang berduyun-duyun ke arah barat membawa alat-alat khas sawah. Saya pikir hanya dekat, ternyata lumayan jauh. Kami terhenti di depan 'kandang bus' Prayogo, di sana ada seorang tentara berdiri di tepi jalan. Saya sempat dikira wartawan, lalu saya menjelaskan kalau pengagum Dahlan Iskan, saya juga menjawab dengan senang hati ketika tentara itu bertanya apa itu Dahlanis. Saya juga mendapat informasi dari tentara itu kalau Abah terbang dari Surabaya pukul 09.30.
Karena jam masih menunjukkan pukul 07.00, kami duduk di depan warung kopi. TIba-tiba dari arah berlawanan saya melihat Pak Erwan berjalan bersama 2 jagoannya. Kamipun bersalaman dan ngobrol sebentar sebelum kami diajak menunggu di rumah Pak Erwan. Ya, selama menunggu Abah beberapa jam saya berada di rumah Pak Erwan yang sangat sejuk. Di sana kami mendapat pelajaran baru, kami mendengarkan cerita inspiratif dari Pak Erwan.
Setelah lama ngobrol, tidak terasa sudah jam 08.30, kami memutuskan kembali ke lokasi dan menunggu Abah. Kami menunggu di tepi sawah sambil mengamati lalu-lalang petani yang sedang nggropyok tikus. Saya dan Mas Fajar sempat melihat tikus terbesar dari hasil gropyokan. Setelah foto sana foto sini, kami kembali ke tepi sawah. Panitia terus melaporkan perjalanan Abah. Tidak lama kemudian rombonganpun datang. Saya berdiri di jalan masuk sawah dan mengamati Abah, saya tidak mendekat karena Abah dikerumuni warga dan wartawan. Abah langsung turun ke sawah dan memulai aksinya, nggropyok tikus. Saya melihat dekat karena sebelumnya saya sudah mendekat tapi tergencet orang-orang yang berbadan besar, karena sesak sayapun lebih baik mundur daripada pingsan.
Di saat mundur itu saya berinisiatif memfoto sepatu Abah dan menyandingkannya dengan sepatu saya (balas dendam atas kejadian di Magelang). Karena kepanasan saya menepi, eh ada ibuk-ibuk nyeletuk, "Bu, kuwi sepatune podho yo" Haha batinku ketawa. Karena kepanasan, saya lalu berteduh diantara barisan mobil-mobil. Setelah itu Abah berjalan menuju tempat tikus ditampung. Saya bisa mengikuti di dekat Abah karena langsung mencegat.
Disela-sela Abah berinteraksi dengan petani, setelah puas memfoto Abah saya mundur. Saya bersandar di Pick Up hitam. Beberapa puluh menit kemudian saya melihat mobil yang Abah tumpangi sudah siap di dekat jalan, sayapun berdiri di belakang mobil. Ketika Abah akan masuk mobil, saya tidak perlu repot-repot berdesakan. Setelah Abah masuk ke mobil, saya bersalaman dengan Abah dan beliau merespon saya. Lalu saya berkata,"Bah nanti foto bareng ya?!" Abahpun menyanggupinya.
Kami mengambil motor lalu menuju SD Sidoluhur tempat acara selanjutnya berlangsung. Saya sempat duduk di atas pagar dan di dekat speaker sebelum mengambil posisi duduk 'ndeprok' di tanah tepat di depan panggung. Jujur, saya seperti orang hilang, nggak jelas, dan aneh. Hehe Tapi saya cuek, yang penting bisa memandangi Abah dengan dekat dan bisa jepret sana-sini.
Acara berlangsung meriah, lucu, dan unik. Ada bagi-bagi hadiah dan ada kompetisi 'nyekar', uniknya nyekarnya di atas panggung yang terbuat dari tumpukan karung pupuk. Oiya, saat merekam Abah, tiba-tiba baterai kamera saya kedap-kedip, sontak saya berkata, "Ya Salam, siaaal." Nah, kebetulan saat saya berkata itu ada mas-mas lewat dan dia meminta maaf, padahal saya nggrundel itu bukan karena terhalangi, tapi baterai habis. Hehe
Setelah acara demi acara terlalui, Abahpun segera meninggalkan lokasi. Saya sempat akan mengikuti Abah karena ingin minta foto, tapi begitu Abah ditodong mic dengan logo TVRI sayapun berlari menuju pintu mobil Abah. Saya hadang Abah, begitu beliau akan masuk, kami meminta foto dan Abah melayaninya. Saya berfoto bersama 2 jagoan Pak Erwan dan Mas Fajar, Pak Erwanlah yang menjadi fotografernya. Banyak orang yang sudah mempersiapkan kamera untuk berfoto sama Abah, tapi setelah selesai berfoto bersama kami, Abah lalu masuk mobil. Hihi Abah menepati janjinya kepada saya!
Lalu Abah melambaikan tangan seraya tersenyum dan mobilpun berlalu meninggalkan lokasi. Abah melanjutkan perjalanannya dan waktu bagi saya untuk pulang. Saat itu saya masih lemah dan lemas, tapi semua itu tidak menyurutkan semangat saya untuk bertemu Abah. Walaupun sampai rumah saya langsung tepar, tapi kebahagiaan hari itu mampu mengikis rasa lelah itu. Inilah keajaiban rasa! Yeah! Subhanallah sekali. Semoga lain kali saya bisa bertemu kembali.
Salam Demi dan Damai Indonesia!
Aina Ulfah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar