Sabtu, 05 Oktober 2013

Memburu Dahlan Iskan #2

Bapakpun Ikut Menemani



Nih foto Pak Dahlan sama pak polisi di PP.Al Qodirin


Numpang foto di Graha Pena Radar Semarang



Sesiang bersama Dahlan Iskan, belum cukup memuaskan Aina akan sosok idolanya. Ia pun akan “melanjutkan” pengenalannya terhadap tokoh yang dikaguminya sejak kelas satu SMP itu. Saat itu Dahlan Iskan menjadi direktur utama PLN. Gebrakan sejuta sambungan dalam sehari yang dicanangkan Dahlan untuk mengatasi keluhan warga atas lamanya waktu tunggu sambungan jaringan, membuat Aina terkesima juga heran. Maka, ia pun mencari tahu sosok Dahlan Iskan. Ia cari referensi seputar Dahlan. Di koran, di internet, di buku-buku perpustakaan maupun ke orang-orang.


Semakin Aina tahu, semakin Aina kagum. Ketika tahu ada para pengagum dan pengikut Dahlan Iskan, Aina pun tertarik. Ia katakan di grup Dahlanis di Facebook itu. Apakah anak SMP boleh ikut gabung menjadi Dahlanis. Tentu saja tidak ada yang melarang untuk menjadi pengagum dan pecinta Dahlan. Termasuk untuk menyebarkan virus “kerja, kerja, kerja” yang terus dikembangbiakkan oleh Dahlan Iskan. Tidak ada pula larangan usia berapa untuk jadi pengagum Dahlan.

 
Aina pun aktif di grup itu. Ia juga aktif mengabarkan lewat FB dan twitter, hal-hal positif yang dilakukan Dahlan. Ia akan sangat marah jika ada yang menjelekkan Dahlan. Apalagi sekadar menjelekkan tanpa tahu fakta yang sesungguhnya. 

 
Maka, berhasil mendapatkan tanda tangan, berfoto dan bahkan ditraktir makan siang oleh Dahlan Iskan, belumlah cukup bagi Aina. Warga Krapyak, Panggungharjo, Sewon, Bantul kelahiran tahun 1998 ini akan hadir di acara Dahlan Iskan di Semarang. Ketika hadir di hotel siang itu, Aina telah menyiapkan bekal pakaian ganti untuk ke Semarang. Jadi, begitu usal makan siang, Aina sudah siap berangkat “ikut” Dahlan ke Semarang. Rangkaian kegiatan Dahlan Iskan sebelum ke Semarang adalah acara di Magelang: Universitas Tidar Magelang, Desa Bahasa Borobudur dan Ponpes API Tegalrejo pimpinan KH Yusuf Chudlori. Satu acara ‘nyelip’ berkunjung ke Ponpes Al Qodirin, Bawang, Windusari.

 
Nah, Aina sudah siap untuk “berpetualang” mengikuti Abah Dahlan. Tapi, bapaknya yang mau ikut dan berjanji nyusul di hotel, belum nongol hingga usai makan siang. Bahkan setelah salat Jumat, Sudarmaji sang ayah, belum juga kelihatan. Ditelpon juga tidak bisa. Aina lantas menghubungi ibunya dan meminta izin untuk tetap ke Semarang tanpa bapaknya. Ibunya pun mengizinkannya.

 
Kemana bapak Aina? Di tengah perjalanan ke Magelang, Aina mencoba sekali lagi mengubungi bapaknya. Berhasil. Ternyata, sang bapak telah sampai Muntilan. Ia telah sampai di utara pertigaan arah Borobudur. Ya, pria yang bekerja di sebuah percetakan itu, naik motor mengejar hingga Magelang. Dikiranya, Aina dan kawan-kawan telah berangkat lebih dulu. Bapak Aina tahu, salah satu lokasi kegiatan Dahlan Iskan di Magelang. Ia akan menuju Universitas Tidar Magelang (UTM). Pasti ketemu di sana. Begitu pikirnya.

 
Begitu tahu bapaknya sudah sampai Muntilan, Aina meminta bapaknya untuk menunggu saja. Tidak perlu sampai ke Magelang. Nanti, motornya dititipkan dan bapak ikut mobil. Bareng ke Magelang dan Semarang.
Rencana Tuhan begitu indah. Saat ketemu bapak Aina ini, rombongan Dahlan Iskan yang dikawal polisi melintas. Berarti belum ketinggalan. Tahu, agenda pertama di Universitas Tidar, Aina dan rombongan pun mengarah ke sana. Tapi, begitu sampai di Universitas Tidar, rombongan Dahlan sudah siap kembali. Pas banget. Mobil rombongan Aina pun menguntit di belakang rombongan Dahlan.

 
Anehnya, rombongan Dahlan langsung mengarah ke utara alias ke jalur Semarang. Apakah tidak jadi ke Tegalrejo atau Borobudur yang arahnya di selatan UTM? Rombongan di mobil yang ditumpangi Aina terus bertanya-tanya. Apalagi, Dahlan Iskan ternyata berbelok ke arah Kalibening.
“Lewat jalur alternatif Sumowono, mungkin. Karena jalur ke Semarang macet!” duga sopir di mobil Aina.
Keyakinan lewat jalur alternatif itu makin menguat. Apalagi, rombongan Dahlan terus saja menyusuri jalur ke arah Windusari itu. Bahkan, terus naik melewati lapangan Windusari, kantor kecamatan Windusari, dan terus mengarah ke jalur alternatif menuju Temanggung.

 
Dugaan lewat jalur alternatif menjadi buyar, ketika rombongan Dahlan Iskan membelok di jalan kecil setelah tanjakan ekstrem dusun Bawang (Truni). Ada plang kecil di kiri jalan: Ponpes Al Qodirin. Rupanya, Dahlan Iskan bertemu dengan pimpinan pondok ini. Dan hanya benar-benar bertemu. Bicara sebentar. Foto-foto. Menyapa santri. Dan pamit. Tak lebih dari 15 menit. 

 
Rombongan pun berbalik. Turun lagi menuju Kalibening, ke arah Payaman jalan Magelang. Rombongan Dahlan Iskan yang terdiri dari tujuh mobil, beriringan mengikuti mobil polisi dari Polres Kabupaten Magelang. Sesampai di Payaman, mobil rombongan Dahlan mengarah ke kanan alias ke selatan menuju Desa Bahasa Borobudur. Rombongan Aina berbelok ke kiri alias ke utara, meneruskan jalan menuju Semarang.
Alhamdulillah perjalanan lancar. Magrib sudah sampai Graha Pena Radar Semarang. Nunut salat Magrib sebentar dan pamit menuju kedai Yumna milik Dahlanis Semarang, Setyadi Ari Wibowo. Dari tempat itulah, “petualangan” bertemu Dahlan di Semarang dimulai.***


Ditulis oleh Pak Erwan Widyarto, spesial lagi ini. Wkwk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar