Semburat merah di ufuk barat,
Yogyakarta, 8 Oktober 2013
Suasana Stasiun Besar Yogyakarta malam itu
Bersama Mas Ricky di depan Stasiun Tugu
Mbak Betty, Mas Ricky, dan saya
Siang ini pelajaran berakhir lebih awal karena akan diadakan orasi calon
ketua OSIS di sekolah saya. Acaranya seperti kampanye pada umumnya itu, hanya
saja penontonnya warga Smada saja. Sudah beberapa periode dalam menyelenggarakan
pemilihan ketua OSIS, SMA N 2 Yogyakarta bekerja sama dengan KPU, sehingga
dalam pelaksanaannya hampir sama dengan pemilihan umum yang diadakan setiap 5
tahun sekali itu.
Saat matahari tepat di atas ubun-ubun acarapun dimulai, saya dan
teman-teman memilih menonton dari bawah pohon di dekat kelas X-PMIIA 1. Menndengarkan
dengan seksama pidato yang disampaikan dalam 3 bahasa (indonesia, jawa, dan
inggris), menyaksikan pemaparan visi dan misi serta menyimak sesi tanya jawab
yang lumayan seru tapi bikin ngantuk.
Di tengah acara ketika saya dan teman sedang asyik
mengobrol, tiba-tiba ada getaran aneh di saku saya, muehehe ternyata ada sms
masuk. Weits ternyata setelah saya buka smsnya dari Mas Ricky Elson. Tingtung.
Intinya adalah beliau ada di Jogja dan free dari sekarang (13.00) sampai jam 19.30. Dan ternyata beliau ada di
St. Tugu siang ini sampai malam nanti karena jadwal keberangkatan kereta ke
Tasik adanya pukul 20.00 Wuoow. Ini
kesempatan, batinku.
Setelah konfirmasi sana-sini akhirnya didapat
keputusan bahwa kami akan bertemu pukul 17.00. Sebenarnya saya sudah keluar
gerbang sejak pukul 14.00, tapi teman-teman lain masih ada kuliah,dll. Jadinya
jam segitu, baiklah ada waktu untuk istirahat. Hehe
Jrengjreng. Tak terasa sudah pukul 16.15, saya mandi
dan bersiap-siap berangkat. Tepat pukul 16.45 saya berangkat dari rumah dan
mampir-mampir bentar, alhasil saya ngaret, tapi nggak lama. Hehe Setelah masuk
pelataran St. Tugu saya melihat Mas Fajar berdiri diantara mobil-mobil yang
terparkir rapi, lalu kami berjalan mendekat pintu utama stasiun. Nah, di sana
saya melihat seorang yang mengenakan kemeja putih yang tidak lain tidak bukan
adalah Mas Ricky. Ehehee.
Setelah berjabat tangan, saya menghampiri Mbak Betty
yang tersesat di dalam stasiun. Hehe sebelumnya kami belum pernah bertemu
sehingga agak bingung saat proses pencarian. Hihi Tapi dengan jurus pasang
posisi telpon, akhirnya ketemu juga.
Sebenarnya ada lagi yang mau bergabung, tetapi
mereka tidak kunjung muncul. Dan ditinggallah mereka.
Lalu kami bertiga diajak
Mas Ricky ke Iga Bakar Bali. Weits, sopir taksinya mengarahkan kami ke Jalan
Kaliurang, ternyata bukan iga bakar di Jakal yang di maksud. Saya bertanya pada
Mas Ricky apakah alamatnya di Jalan Umbul Permai, tapi Mas Ricky bilang bukan
itu nama jalannya, pokoknya di sana banyak kuliner-kuliner gitu. Nahlo,
akhirnya beliau telpon entah siapa gitu menanyakan alamat IBB tersebut dan
terjawab sudah, ada di Jalan Palagan Tentara Pelajar. Owalaaah. Lucunya, setelah narasumber *yang
ditelpon* tadi menyebutkan alamat IBB, seketika telpon langsung mati. Ternyata
pulsanya habis, huehue untung udah disebutkan alamatnya.
Tidak lama kemudian kami sampai di IBB, wuets nama
jalannya ternyata Umbul Permai, emang bener sih di Jalan P.Tentara Pelajar tapi
masih masuk ke timur dan spesifiknya adalah Umbul Permai. Hemm kalau ini ma saya
sudah pernah ke sana.__, Tapi setau saya namanya bukan IBB tapi iga bakar
doang. Hehe
Saat kami sampai, adzan maghrib berkumandang.
Setelah mencari tempat duduk dan memesan makanan, kami melaksanakan kewajiban
sholat maghrib terlebih dahulu. Setelah itu kami menikmati sajian sore itu
sambil berbincang-bincang. Kami ngobrol lumayan lama, mulai dari mobil listrik
sampai ke kepribadian Mas Ricky, hehe tentu juga ada beberapa obrolan yang
membuat kami tersenyum dan tertawa. Hehe.
Setelah puas mengobrol, kami lalu kembali ke St.Tugu
lagi karena Mas Ricky harus melanjutkan petualangannya, saat itu jam sudah
menunjukkan pukul 19.30. Dalam perjalanan pulangpun kami masih sempat
ngobrol-ngobrol hingga akhirnya sampailah kami di St.Tugu. Sebelum berpisah
kami menyempatkan berfoto bersama. Berfoto
memang sudah menjadi ritual setiap ada pertemuan dengan siapapun. Wkwk Dan,
kamipun berpisah. Mas Ricky masuk ke dalam stasiun, kami bertiga berjalan
keluar area stasiun.
Ah, terimakasih Tugu, terimakasih Selasa,
terimakasih Mas Ricky, terimakasih Mas Fajar Mbak Betty, terimakasih Allah.
Hari yang menyenangkan.
“Di kandang kambing mengembek, di kandang macan
mengaum.” Setidaknya ada satu dari beberapa pelajaran yang saya dapat setelah
bertemu dengan beliau, dan itulah salah satunya. Semoga bisa saya aplikasikan
dalam kehidupan saya.
Semoga kita masih diberi kesempatan bertemu lagi dilain waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar